Kamis, 11 Juni 2015

Mimpi

Malam setelah cerita semua keluhan hati ke sahabat ku, suli. Lega hati ku, tapi tetap lelah badan ku setelah pergi ke kampus, bertemu pejuang - pejuang um, bertemu dosen Julia fajaryanti, ST.,MMSI. Sampai dirumah aku langsung makan, yg sudah diberikan oleh seorang yg sangat penting dalam keuangan ku, Ayah.

*menceritakan kejadian sepakbola* ya, kebetulan ada jadwal sepakbola di tv yg sudah hampir 25 th itu, ku tengok sebentar pertandingannya baru menit 4 evan dimas telah mencetak skor, semakin menekan indonesia dengan satu gol. Pada menit ke 14 evan dimas kembali mencetak skor, dengan posisi khasnya, dan umpan manis yg juga khas dari sahabat lamanya di timnas 19 Paolo Oktavianus Sitanggang.

Memasuki babak ke 2, sudah bosan aku menonton karena tidak ada gol tambahan sama sekali, philipines bermain sangat bertahan, 11 orang ada di kawasannya. Jelas Timnas tidak mampu menambah gol.

Aku tertidur setelah pertandingan usai, dan aku bermimpi. Mimpi ini bisa dibilang mimpi buruk dan mimpi baik, awal mula cerita, aku meminta orang tua ku untuk melamar si *W, sesampai dirumahnya hanya ada orang tuanya, katanya dia sedang pergi bersama yg *baru. Aku menunggu pulang dengan deg2an. Sampai dia dirumah, mesam hati ku. Dia pulang bareng yg *baru, dia bertanya2 kepada orang tuanya ada apa, lalu keluar lah dia ber2 dari ruang tamu dan bicara dengan yg *baru. Aku menunggu didalam sambil melihat apa yg sedang dilakukannya ber2. Tiba2 aku melihat kejadian yg cukup menyedihkaan, mereka bersedih2an, seperti akan berpisah, hatiku ini langsung dilema! Antara senang dan sedih. Aku hampiri mereka, dan si yg *baru berkata kepada ku sambil bersedih2 "emm.. Lu duluan ya bro emm.. Sel.amat ya., gw kalah.." Tak kuat hati ku melihat melas muka ke2 nya. Kutarik tangan yg *baru nya, Ku ajak masuk ke dalam dengan susah payah, ku dudukan mereka ber 2 berdampingan lalu kusuruh para orang tua memulai pembicaraan untuk masa depan mereka. Sedih dan senang hati ku,  awalnya aku sedih, menangis saat memeluk ibu ku, aku berkata pelan "tidak apa-apa ya, umi.." Airmata ku seperti air terjun, terus mengalir. Masih kupeluk erat ibu ku dan berkata "aku ikhlas kok, mi. Asal bisa melihat dia bahagia".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar